Sunday, May 15, 2011

Dua Pertanyaan Wajib


Selama perjalanan homeschooling kami, dua pertanyaan wajib yang SELALU ditanyakan kepada saya adalah:
1. Ijazahnya nanti gimana?
2. Sosialisasinya gimana?

Yang paling membuat sebal adalah tatapan mata dan bahasa tubuh sang penanya yang (menurut saya) berlebihan. Tatapan ngeri, bola mata membesar, tangan yang digerak-gerakkan seakan-akan anak-anak saya dalam stage "berbahaya", dan sayalah yang "membahayakan" mereka. Oh, please.

Berikut adalah beberapa inspirasi yang membuka mata saya bahwa IJAZAH bukanlah sesuatu yang mutlak diperlukan.
"I failed in some subjects in exam, but my friends passed in all. Now he is an engineer in Microsoft and I am the owner of Microsoft." 
 Bill Gates
Bill Gates, pemilik perusahaan Microsoft, menyatakan dia gagal ujian dalam beberapa mata pelajaran. Teman-temannya yang tidak pernah gagal, mereka bekerja di perusahaan Microsoft miliknya.
Kebanyakan kita ketakutan jika tidak memiliki ijazah, karena kita tidak pernah sempat menggali dan menemukan potensi diri kita sendiri. Kita terlalu sibuk mengejar nilai tinggi. Untuk apa? Supaya naik kelas. Supaya ranking. Biar bangga?  Duh, motivasi dan tujuannya kok serendah itu. Hanya utk naik kelas. Lalu apa? Please. Sebenarnya tujuan pendidikan jauuuuuuh lebih tinggi dibandingkan sekedar nilai dan ijazah.

Silakan klik link di bawah ini, baca dan termotivasi dengan inspirasi Om Bob Sadino.
http://qnoyzone.blogdetik.com/index.php/2010/02/04/inspirasi-bodoh-vs-pintar-ala-om-bob-sadino/
http://blogbintang.com/motivasi-hidup-bob-sadino

Dan satu lagi dari Robert Kiyosaki:
Ini penggalan kalimat yang saya ambil di:  http://www.educationreformbooks.net/richandhappy.htm

People do not need a complex education in order to become rich.  Richpeople have acquired habits and followed principles, which have enabled them to succeed in life.  In Kiyosaki’s (1993) opinion, even a seven-year-old can be taught these habits and principles.  Herein lies the fallacy of the education system: Although highly specialized subjects such as medicine and astronomy require tremendous education, getting rich requires little education  

Kiyosaki, R.T. (1993).  If you want to be rich and happy, don’t go to school:  Ensuring lifetime security for yourself and your children. Santa Rosa: Aslan Publishing Co.


Jawaban pertanyaan #1 dari saya:
Untuk apa dulu ijazah?
Jujur, saya prihatin sekali dengan soal-soal Ujian Nasional yang dari tahun ke tahun nyaris TIDAK BERUBAH. Sampai beberapa buku untuk latihan soal UN berani memberikan label di halaman sampul: JIKA TIDAK LULUS UANG  KEMBALI. Hahaha.. geli dan campur prihatin saya membacanya. Kok kayak iklan obat kuat? *tepok jidat*

Ternyata soal dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang berarti. Menyedihkan bukan?
Apakah dengan beberapa pertanyaan seorang anak akan dijamin mengerti banyak dan siap untuk ke jenjang kehidupan berikutnya?
Menurut saya, daripada mengejar ijazah, mendingan mengejar pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Belajar mencipta. Mempunyai semangat untuk menciptakan. Berkreasi. Berani untuk salah. Belajar bersama anak-anak, saya mendapati beberapa penemuan terjadi karena "kesalahan" dan "kecelakaan". Yang belajar sains pasti tahu maksud saya.

Saya tidak tahu, apa yang akan terjadi di masa depan anak-anak saya. Umur saya terus bertambah dan harapan saya, mereka sudah bisa mandiri jika suatu hari saya tiada.
Untuk itu salah satu target dalam homeschooling kami adalah, rencana bagaimana nantinya mereka bisa mandiri untuk memperoleh pendapatan sendiri.

Berikut beberapa diskusi kami untuk masa depan mereka.
Clay, suka musik, sejarah dunia, sains, membaca dan olah raga.
Beberapa list cita-cita yang pernah dia sebutkan dan alasannya:
- tukang parkir
(baik, membantu orang supaya mobilnya tidak nyenggol mobil lain, asyik - bisa main peluit tanpa dimarahin) XD
- presenter acara TV NatGeoWild seperti Brady Barr
 (suka sains, asyik keliling dunia, belajar banyak hal baru) ---> mendapat larangan Evan karena menurut Evan, berbahaya jika melakukan pekerjaan spt itu. Too risky! Hahaha.. Akhirnya setelah Clay mempertimbangkan pendapat adiknya, dia berganti cita-cita menjadi...
- pemain badminton! hihihi.. atau
- pemain basket
- memberi les musik ke anak-anak (dia sedang menabung untuk membeli piano bekas)

Dari sini kami mengenal minat dan talenta anak-anak kami. Diskusi yang sederhana dalam percakapan sehari-hari. Clay ikut klub basket dan badminton. Minat dan bakat TIDAK perlu dilihat dengan tes bakat melalui sidik jari dan golongan darah menurut saya. Dengan diskusi, percakapan dan seringnya waktu yang kami habiskan bersama sebagai keluarga, kami bisa mengenali anak-anak kami, yang bedanya bagaikan bumi langit. ;P

Evan, suka memasak, main catur, main game, belajar programming, segala sesuatu yang berkaitan dengan komputer dan gadget.
Cita-cita:
- pelawak (bisa membuat orang tertawa dan happy)
- mempunyai kafe makanan sehat dan lezat (makanan enak kebanyakan pake penyedap dan pengawet, aku mau bikin yang enak tapi sehat)
- membuat game untuk dijual ke Apple (untuk iPhone dan iPad)

Kami memandang kehidupan ini adalah pembelajaran itu sendiri.
Dengan homeschool, wawasan anak-anak bertambah luas, karena kami mengajak mereka lebih sering eksplor dunia kerja.
Papa mereka sering berdiskusi masalah yang ada di kantor, memberitahu tentang marketing, negosiasi, dsb.
Mereka mempunyai "kelas bisnis" di rumah dengan menonton TV kabel "The Apprentice" dan "DC Cupcakes". Mereka melihat betapa sulitnya bekerja. Mereka jadi lebih menghargai hasil jerih lelah Papa mereka. Mereka lebih mudah diajak untuk berhemat dan tidak konsumtif.

Untuk jawaban #2: Sosialisasi
Definisi sosialisasi :
a. Prof Dr. Nasution, SH
Sosialiasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial
b. Peter I Beger
Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi anggota masayarakat yang berpatisipasi aktif.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1809954-sosialisasi/#ixzz1MOvWSw7w

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

Tidak ada masalah sama sekali.
Kami mendapat lebih banyak teman baru dengan homeschool, karena pergaulan anak-anak kami tidak dibatasi oleh usia.


Mereka lebih menghargai orang yang ada di dekat mereka, siapapun dia.
Mereka memiliki waktu luang untuk menanam pohon dan merawat kebun untuk berpartisipasi menghijaukan bumi.
Dulu, mereka hanya disibukkan dengan PR dan menghafalkan bahan-bahan ulangan.
Mereka lebih berkarya nyata bagi masyarakat dan ikut aktif berperan serta untuk misi perdamaian dunia dg ikut membuat batik bersama Klub Oase dan Paix Project-Canada.
http://rumahinspirasi.com/homeschooling/cerita-workshop-batik-paix-project

Betapa kayanya kami, karena tidak bersekolah.
Sekolah kami adalah SEKOLAH KEHIDUPAN.
Belajar dari siapa saja, apa saja dan kapan saja.



No comments: