Showing posts with label homeschool. Show all posts
Showing posts with label homeschool. Show all posts

Tuesday, November 8, 2011

Homemade Chicken Nugget

Salah satu tempat belajar favorit kami di rumah adalah DAPUR!
Kami praktek tentang pengetahuan gizi di dapur. 
Dapur adalah salah satu sarana kami untuk hidup sehat!

Chicken nugget merupakan makanan kesukaan anak-anak. Tetapi setelah kami belajar membaca komposisi makakanan, kami makin menyadari banyaknya zat aditif yang tidak diperlukan tubuh, tapi diperlukan untuk mengawetkan makanan.

Kesimpulan kami belajar tentang makanan buatan pabrik:
-butuh waktu awet yg lebih lama untuk sampai ke tangan konsumen
-butuh BTM (bahan tambahan makanan) berupa pengawet, perasa, pewarna supaya tampilan makin cantik
-butuh packaging yang akan menambah makin banyaknya sampah
-kita tidak tahu pasti, apakah label komposisi benar-benar sesuai dengan isi produknya

Oleh karena itu, kami suka mencoba ini dan itu dan membuat segala macam dg embel-embel "homemade", buatan rumah, dengan bahan-bahan yang segar dari pasar.


Berikut bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Homemade Chicken Nugget:
- 0.5 kg ayam kampung giling
- 7 siung bawang merah
- 7 siung bawang putih
- merica secukupnya
-garam secukupnya (kami mengurangi garam, jd kami hanya menebarkan sedikit saja)
- 1 butir telur ayam kampung
- 1/4 gelas air
- sedikit mentega untuk menggoreng (bisa diganti dg minyak zaitun)
Cara membuat:
-campur air, bawang merah, bawang putih, merica, garam, telur dan air.
Blender sampai semuanya tercampur dengan baik.
- campurkan bumbu dengan ayam giling. aduk rata.
-siapkan kukusan dan loyang yang sudah dikuas dengan minyak (supaya mudah mengeluarkan nugget yang sudah dikukus nantinya)
Kukus kurang lebih 30 menit dengan api besar.
Keluarkan dari kukusan, lalu potong-potong sesuai selera.
Siapkan wajan anti lengket yang telah dioles mentega. 
Goreng dengan api kecil, mentega mudah sekali gosong.*
Bolak balik hingga berwarna kecoklatan. 
*Untuk keterangan lebih jauh tentang mentega bisa dibaca di sini dan sini
Selamat menikmati!

Friday, November 4, 2011

Ikutan Kontes Animasi Unilever di eYeka

Berawal dari beberapa bulan lalu seorang saudara meminta tolong untuk voting di eYeka, saya otomatis harus sign up di sana. Setelah melihat banyak ada peluang untuk menambah wawasan, teman dan networking, saya mendaftar untuk mendapatkan newsletter di email saya.

Berbulan-bulan berlalu dan tidak ada yang menarik saya untuk ikut salah satupun dari kontes yang ada. Lalu, beberapa hari lalu, saya menerima newsletter tentang beberapa kontes yang hampir kadaluwarsa. Wah, ternyata, ada satu topik tentang merawat dan memelihara bumi di eYeka Unilever Contest. Formatnya bisa menggunakan animasi. Kebetulan, Evan sedang semangat-semangatnya membuat animasi dengan Go Animate!

Evan membuat animasi dengan judul "Small Things can make a Big Difference" untuk kontes tersebut.
Ide cerita diambil dari kegiatan sehari-hari yang bisa dilakukan untuk merawat bumi dengan menghemat energi.
Brian, selalu mematikan lampu saat tidak memerlukannya. Dia memilih olah raga jogging dan berjalan ke taman daripada naik kendaraan. Candace, menggunakan pakaiannya beberapa kali sebelum mencucinya untuk menghemat air dan listrik. Jika setiap kita melakukan hal-hal kecil, maka akan ada perubahan besar yang terjadi, kan? :) Let's love our earth! 
Format yang diminta adalah animasi dengan durasi maksimum 45 detik. Kami bekerja keras untuk animasi ini. Mencari ide, menuangkan ide, membuat kalimat yang mewakili pemikiran kami, memberikan background, pemilihan tokoh, editing,  dll. Clay juga memberikan banyak inputan dari segi artistik. Kami bekerja sama sebagai satu tim.

Ternyata, untuk membuat animasi selama 45 detik, kami menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer. Bagaimana dengan Steven Spielberg yang membuat film Jurassic Park?
Pertikaian, nada suara tinggi, kelelahan dan deadline yang sangat pendek membuat suasana kurang nyaman saat proses pembuatan animasi berlangsung. Tapi kami tidak mau menyerah. Kami beristirahat, dan melanjutkan kembali. Proses perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan buat seorang anak berusia 7 tahun.

Akhirnya, setelah perjuangan kami selesai, Evan sudah ceria kembali. Dia sempat mengomel dengan banyaknya "tuntutan" yang dia harus penuhi selama proses pembuatan. Saat itu juga kami langsung upload di folder yang sudah ditentukan. Sesaat kemudian, saya menerima email, bahwa akan ada konfirmasi lagi apakah animasi kami memperoleh approval dari panitia untuk diikutsertakan di kontes Unilever.

Tunggu punya tunggu, lewat tengah malam, ada email yang saya terima dan langsung saya buka. Isinya demikian:
"Hai Ekawati ! 
Media anda Small Things can make a Big Difference! ditolak dari grup Tunjukkan bagaimana perubahan-perubahan kecil dapat membuat perubahan besar untuk dunia. 
Thanks for your participation but I'm afraid you can not use this animation website according to our contest rules." 

Gubrak! Ditolak karena kami memakai website Go Animate! rupanya. Hiks. Sedih juga. Kami sudah kerja keras, tapi tidak bisa ikut serta. Bagaimana reaksi Evan besok pagi ya? Dia sudah berangan-angan, jika menang, dia akan memakai uangnya untuk ini dan itu. Hehehe. Apa boleh buat. Ini salah satu pembelajaran di dunia yang sesungguhnya. DUNIA adalah RUANG KELAS KAMI. 

Pagi ini, saya memberitahukan isi email itu kepada Clay dan Evan. Yang saya takjub, Evan kecewa, tapi tidak marah sama sekali. Dia hanya bilang, "Yaaaah..." Lalu kami membuka semua video (atau animasi) para kontestan lain dari berbagai belahan dunia. Kami belajar banyak dari situ. Beberapa kontestan mencantumkan logo Unilever di akhir video mereka. Ini membuat kami sadar, kami masih banyak yang kami harus pelajari sebelum bisa memenangkan sesuatu. Ini baru awal. Ini suatu proses belajar. 

Kami tidak rugi karena ditolak. Kami sudah belajar banyak.  

I love working with you, Boys!

Saturday, October 22, 2011

Kenapa Kami Memilih Homeschool # 1-25

Kenapa kami pilih homeschool #1: bisa bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.

Kenapa kami pilih homeschool #2: anak-anak tidak asal makan, tapi belajar memasak makanan sendiri dan melihat nilai gizi apa yang mereka santap.

Kenapa kami pilih homeschool #3:kami belajar utk membuka diri dan belajar dari sekolah kehidupan: kematian, kemiskinan, pemanasan global, tidak ada batasnya.

Kenapa kami pilih homeschool #4: bisa mendptkan pengetahuan sebanyak mungkin dg budget yang terbatas, hanya butuh teman dan kreativitas. 

Kenapa kami pilih homeschool #5: lebih banyak praktek daripada teori.

Kenapa kami pilih homeschool #6: apa yang kami bisa dipelajari di ruang kelas, kami bisa juga pelajari di rumah. Tapi tidak sebaliknya. 

Kenapa kami pilih homeschool #7: kami lebih punya waktu untuk hal-hal lain daripada sekedar buku dan hafalan. 

Kenapa kami pilih homeschool #8: kami melakukan sesuatu dengan tujuan, bukan sekedar ikut-ikutan. 

Kenapa kami pilih homeschool #9:kami belajar menghargai keunikan tiap pribadi dengan kelemahan dan kelebihan mereka. Nobody's perfect. 

Kenapa kami pilih homeschool#10: nilai rapor bukan menentukan siapa kami.Kami adl ciptaan Tuhan yg trs belajar utk hidup lbh baik tiap hari.

Kenapa kami pilih homeschool#11: makin banyak teman. Kami berteman dengan satpam, SPG, petugas sampah, anak dari suku pedalaman, karena kami tahu, tidak ada yang lebih rendah dan lebih tinggi. Tidak ada kasta. Semua sama.

Kenapa kami pilih homeschool #12: lebih kreatif. Anak belajar tanpa tekanan rasa takut dimarahi. Belajar karena suka dan ingin tahu. 

Kenapa kami pilih homeschool #13: lebih bertanggungjawab. Anak belajar karena tahu mereka butuh untuk terampil dan berwawasan luas. 

Kenapa kami pilih homeschool #14:lebih percaya diri.Mrk sering bercerita ulang (narasi) ttg apa yg mrk pelajari.Mrk menjelaskan apa yg saya belum tahu.

Kenapa kami pilih homeschool #15: ortu sejajar dengan anak. Kami bisa menjadi sahabat mereka dan sebaliknya. Tidak ada rahasia di antara kita. :) 

Kenapa kami pilih homeschool #16: lifeskills (keterampilan hidup) langsung dipraktekkan: mencuci baju, memasak nasi, memberi makan binatang piaraan, menyisihkan uang untuk ditabung, investasi atau memberi. 

Kenapa kami pilih homeschool #17: belajar pakai media apa saja. Koran,komik,novel,buku&barang bekas,warnet, VCD, DVD,iPhone, iPad. Yes, iGlad! 

Kenapa kami pilih homeschool #18:bisa punya laboratorium juga di rumah. Pakai peralatan dapur utk praktikum fisika dan kimia. 

Kenapa kami pilih homeschool #19: 1 pelajaran mencakup banyak ketrampilan. Masak:baca resep,belanja,berinteraksi dg ojeg, tkg sayur,belajar nominal uang. 

Kenapa kami pilih homeschool #20: hemat. Satu buku dibaca serumah. 

Kenapa kami pilih homeschool #21: kegiatan belajar menular. Satu topik yang dipelajari si sulung, akan diikuti si adik dan sebaliknya. 

Kenapa kami pilih homeschool #22: bisa melihat kemampuan anak lebih dini dan mengarahkannya lebih awal. 

Kenapa kami pilih homeschool #23: belajar menjadi kesukaan bukan paksaan. Pengalaman kami, sewaktu anak sulung kami diopname dan diinfus, dia masih ingat semut piaraannya dan meminta adiknya memberi makan. 

Kenapa kami pilih homeschool #24: jika ada waktu senggang, mereka mencari aktivitas sendiri. Tidak betah menganggur. 

Kenapa kami pilih homeschool #25: tiap anak diciptakan unik. Ketertarikan dan talenta mereka berbeda. Setelah mrk menemukan diri mrk sendiri, tugas kami hanya menyediakan fasilitas dan mengarahkan saja. 

Kenapa Kami Memilih Homeschool # 26-50

Kenapa kami pilih homeschool #26:
anak adalah subyek pelaku. Kurikulum sbg alat bantu, bukan mutlak.

Kenapa kami pilih homeschool #27:
anak belajar menjadi diri mrk sendiri, original, dibimbing spt maksimal tanpa diberi berbagai macam label negatif.

Kenapa kami pilih homeschool #28:
ortu dan anak memiliki hubungan yg dekat, spy bisa saling curhat.

Kenapa kami pilih homeschool #29:
karena kurikulum mendukung cara belajar anak, anak tdk pernah menolak belajar. Bahkan buku dibawa ke kasur.

Kenapa kami pilih homeschool #30:
acara saling pijat memijat mrpk salah satu pelajaran. Bljr melayani, memperhatikan kebutuhan kebutuhan anggota keluarga yg lain.

Kenapa kami pilih homeschool #31:
kami makin suka belajar, krn belajar menambah teman dan wawasan.

Kenapa kami pilih homeschool #32:
anak belajar mandiri sejak dini. Semua tugas dikerjakan sendiri, ortu hanya membantu jika diperlukan saja.

Kenapa kami pilih homeschool #33:
utk menguji tingkat daya serap anak, kami mendengarkan presentasi atau cerita mereka lalu kami berdiskusi.

Kenapa kami pilih homeschool #34:
kami punya banyak waktu bersosialisasi dan bermain. Dari situ kami makin bisa mengamati minat & bakat anak. 

Kenapa kami pilih homeschool #35:
naik becak pun bisa jd ajang ngobrol dan praktek empati. "Ma, bayarnya banyakan ya.. Kasian. Bapaknya sudah tua masih kerja."

Kenapa kami pilih homeschool #36:
mempelajari hidup dan menghidupi yg dipelajari.
"Kenapa banyak org jahat sama binatang? Sampai ada yg punah? Aku mau jadi patroli laut nanti kalo besar. Biar ga ada lagi yg ambil sirip hiu dan untuk dimakan."

Kenapa kami pilih homeschool #HS 37:
merawat kebun, memanen cabai, menanam jerohan sbg pupuk adl salah satu cara kami merawat bumi. Mulai dr rumah kami. Dengan memilah sampah dan memelihara kelinci, kami memperoleh pupuk alami.

Kenapa kami pilih homeschool #38:
"Ma, tau gak kenapa tata surya kita disebut solar system? Karena, matahari itu bintang yang namanya Sol. Dia yg menjadi pusat peredaran planet. Makanya dinamainnya SOLar system." Saya cuma manggut2. :)

Kenapa kami pilih homeschool #39:
"Ma, aku sudah bisa bedain mana yg jus dr buah asli yg cuma pake perasa. Terus kalo makanan yg pewarna dan pengawet, gunanya buat tubuh apa ya? Sel kita diawetkan? Kayak mumi? Hiiiiii...."

Kenapa kami pilih homeschool #40:
"Sebenernya label komposisi makanan yg ada jg kita gak bisa tau beneran ya isinya sama apa enggak dg yg tertulis. Mending masak sendiri ya. Tau isinya apa aja."

Kenapa kami pilih homeschool#41:
"Ma, tau gak kalo ada planet yg rotasinya geleng2? Lucu kali ya, lg mau jemur baju, udah ada matahari, eh gelap lagi." 

--In some parts of the surface of Mercury, the sun rises halfway then sets again and then rises again. This happens is equivalent to one day in Mercury. The reason for this is that four days before perihelion, the angular orbital velocity of Mercury is equivalent to its angular rotational velocity. The apparent motion of the sun stops. When perihelion occurs the rotational velocity is less than its angular orbital velocity. After four days, the sun’s apparent motion will return back to normal.-- quoted from here.

Knp HS#42:
"Berat badanmu brp skrg?"
"Di mana dulu? Di bumi apa bulan? Beratnya beda lho krn pengaruh gravitasi."

Kenapa kami pilih homeschool #43:
"Ini cappuccino yg Mama beli di pasar. Cobain nih."
"Waaah! Enak gak kalah sama St*******!"
"Satu gelas 6rb."
"Hah? Bisa dapet brp gelas tuh kalo pake harganya St*******?"
"Mungkin kopinya lokal ya,Ma? Jadi ongkos kirimnya ga terlalu mahal dibandingkan kopi import. Sewa tempatnya di mall sama pasar jg pasti beda jauh lah..."

Knp HS #44:
"Pilih sayur dan buah lokal atau impor?"
"Lokal! Krn lbh fresh dan enak! Polusi lbh sedikit krn jarak lbh deket."
"Tapi paling gak polusi ya nanem sendiri. Kita petik wkt mau makan, kita tau pupuknya gak pake pestisida. Tinggal jalan ke belakang pake kaki. Gak ada polusi. Yay!"

Kenapa kami pilih homeschool #45:
"Sebenernya wkt ke anatomy show dulu itu kita gak usah beli tiket ya? Gak usah nonton."
"Emang kenapa?"
"Lah kalo mandi kan tiap hari sudah belajar anatomi."
Haahaahaa....

Kenapa kami pilih homeschool #46:
"Ma, aku stop belajar dulu ya. Mau sikat gigi."
"Lho, bukannya tadi udah?"
"Kan aku barusan makan permen? Sikat gigi lagi kan lebih bagus?"

Kenapa kami pilih homeschool #47:
"Aku potong ikannya pake pisau yg ada geriginya aja ya, Ma. Lebih aman krn geriginya agak nyangkut2 gitu ke ikannya. Kalo sudah agak gedean, baru aku mau coba pake yg ujungnya lancip dan tajem banget itu ya."
--whenever you are ready, Son--

Kenapa kami pilih homeschool #48:
"Ma, aku gak makan gorengan dulu ya. Tenggorokanku agak kering. Aku perlu minum banyak nih. Aku ambil air minum lagi ya."
--belajar ttg anatomi tubuh dan merawat adl satu proses yg teori dan praktek.

Kenapa kami pilih homeschool #49: "Ma, aku mau kurangin makan nasi ya. Biar aku gak terlalu gendut dan bisa lari kenceng di lapangan basket." :))

Kenapa kami pilih homeschooll #50: "Mama tau ga kalo bumi ini terdiri dr 70% air? Komposisinya mirip sama tubuh kita ya. Makanya kita lbh perlu banyak minum drpd banyak makan."
Terima kasih, Mom Ratna Kusuma Halim, yang memberikan link ini kepada kami. Makin belajar utk selalu bersyukur dg hal-hal sehari-hari.

Kenapa Kami Memilih Homeschool # 51-60

Kenapa Kami Memilih Homeschool #51: saya jadi melek internet, dulunya gaptek mentok.

Kenapa Kami Memilih Homeschool #52: saya jadi mempunyai banyak teman dari berbagai belahan dunia karena bergabung dengan berbagai support group.


Kenapa Kami Memilih Homeschool #53: saya banyak terinspirasi dari Rumah Inspirasi.

Kenapa Kami Memilih Homeschool #54: saya banyak mendapat info dan tips juga pembelajaran dari Klub Sinau.

Kenapa Kami Memilih Homeschool #55: saya bertemu dengan banyak teman yang berdedikasi untuk mendidik anak dengan sungguh-sungguh dan terbaik. Mereka semua dengan berbagai cara menginspirasi dan membuat proses homeschool kami semakin asyik dan menyenangkan. Merasa tidak sendirian mendidik anak. Banyak teman seperjalanan menghantarkan anak mencapai cita-cita dengan cara yang asyik, bukan membosankan!

Kenapa Kami Memilih Homeschool #56: mendapatkan rekomendasi dari teman yg membuka mata saya, ada begitu banyak penulisbuku, artikel yang menunjang pendidikan anak.

Kenapa Kami Memilih Homeschool #57: melihat berbagai video yang menginspirasi di sini:

Kenapa Kami Memilih Homeschool #58: kami terlibat PENUH dalam proses belajar anak. Kami belajar untuk minta maaf, mau menerima input dari anak-anak dan terus belajar menjadi orang tua yang lebih baik.

Kenapa Kami Memilih Homeschool #59: saat kami menggali bakat dan minat anak, secara tidak sadar, kami juga punya kesempatan menggali bakat dan minat kami sendiri. Kami belajar bersama dan bertumbuh bersama. Priceless.

Kenapa Kami Memilih Homeschool #60: berkenalan dengan para pelaku dan peminat homeschool di Indonesia:
Keluarga Andiny Rizky Keluarga Ellen Kristi Keluarga Dinar Keluarga Wiwiet Mardiati Keluarga Ratna Kusuma Halim Keluarga Lini G. Hanafiah  dan tidak mungkin terlupakan Keluarga Mira Julia dan Sumardiono Keluarga Gita Lovusa sepertinya link nya akan bertambah nantinya... :)

"Terima kasih untuk semua teman-teman yang saya tag di sini, SETIAP ANDA membuat proses belajar kami lebih asyik dan kreatif." - Eka/Ing Ing

We are not the same without you all.
Trans Studio, Bandung bersama teman-teman masuk TV. Hore! :)

Tujuan Belajar

Ada beberapa teman yang bertanya kepada saya, apakah alasan kami memilih homeschool untuk pendidikan anak-anak kami. Untuk menjawabnya, saya perlu lebih dari sekedar satu kalimat. Hehehe.

Kedua anak kami pernah bersekolah formal. Si sulung sampai SD kelas 2 dan anak kedua kami sampai jenjang TKB. 
Sebagai orang tua, kami sadar, bahwa anak yang ada di keluarga kami adalah titipan dari Sang Pencipta. Untuk itu kami tidak berani sembarangan mendidik mereka. Kami memiliki tanggung jawab yang sangat amat besar untuk mendidik mereka dengan sebaik-baiknya.

Pendidikan pertama dimulai dengan MENDIDIK DIRI SENDIRI. :)

Kami menyadari betul bahwa apa yang kami tabur, itu yang akan kami tuai.
Setiap suap yang saya makan sejak mengandung, kami harus memilihnya dengan hati-hati. Sama seperti membangun rumah, jika dibangun dengan bahan-bahan yang berkualitas, pasti juga hasilnya berbeda dengan menggunakan material sembarangan. Suami saya melarang saya untuk makan junk food dan fast food selama masa kehamilan. Mi instan apalagi. Sayuran mentah dan menghindari kucing supaya terhindar dari berbagai resiko terkena virus. Sedapat mungkin, saya tidak sakit selama masa kehamilan. Saya memakai payung sekalipun hujan gerimis. Tubuh saya adalah tempat bertumbuh anak yang harus saya jaga dan rawat sepenuh hati.  Sebagai istri dan calon ibu, saya patuh karena semua yang dilarang suami adalah untuk kebaikan anak dan diri saya sendiri. Dengan asupan gizi yang baik, saya mendapati tubuh saya sendiri lebih fit. Saya juga melihat teladan dari orang tua saya yang gemar makan makanan sehat. Jus adalah menu rutin setiap pagi dan berbagai buah-buahan yang menjadi cemilan sehat. Awal kehamilan merupakan salah satu titik balik dalam kehidupan saya, setiap suap adalah PENTING. Saya mulai lebih berhati-hati dalam memilih asupan makanan. 

Seiring waktu berjalan, semakin banyak yang saya sadari, bahwa dalam setiap langkah kehidupan, ada begitu banyak yang harus dipelajari. Saya belajar bagaimana menjadi seorang isteri. Saya belajar menjadi seorang ibu. Saat saya mulai kewalahan menghadapi anak-anak, saya sadar, bahwa saya harus ikut kelas parenting dan membaca banyak buku tentang mendidik anak. Saat ada anggota keluarga sakit, saya mencari tahu tentang pencegahan dan penyembuhan penyakit. Saya membaca, bertanya dan terus belajar dan mendapati bahwa apa yang saya pelajari di sekolah dan waktu kuliah, hanya beberapa persen yang terpakai dalam dunia yang sekarang saya jalani.

Saya semakin sadar, bahwa begitu banyak yang terlewatkan untuk saya pelajari selama masa kanak-kanak dan remaja. Sekarang saya harus jumpalitan belajar mengurus suami, anak dan rumah sekaligus. Beban yang cukup berat. Hal-hal semacam ini yang membuat saya berpikir, anak-anak juga sedini mungkin diperkenalkan dengan life-skills. Keterampilan kehidupan, yang tidak ada di dalam kurikulum nasional. 

Selama mereka sekolah, saya mencoba melakukan berbagai aktifitas bersama mereka sepulang dari sekolah. Hasilnya tidak efektif. Hubungan kami tidak dekat waktu itu karena sering diwarnai ketegangan. Bentakan, kerutan dahi dan mata melotot menjadi aktivitas saya sehari-hari. Mengerikan. Saya merasa hidup saya miserable. Nelangsa. Kejar-kejaran membuat PR, anak yang tidak mau belajar, maunya main. Gizi buruk karena saya masak seadanya karena waktu habis di jalan untuk antar jemput, kurang minum, anak-anak gampang sakit.. wah, saya bener2 bingung dan merasa hidup tidak maksimal. Saya mulai bertanya-tanya, apakah hidup harus dijalani dengan cara demikian? Saya mencoba bertanya dengan beberapa teman yang lain. Saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan. Semua dari mereka memilih mengikut arus, seperti kebanyakan orang. Anak tidak bisa pelajaran di sekolah, ya di-les-in aja. Kita santai aja di rumah, nonton TV atau shopping. Oh. Saya tidak puas. Hati saya berontak dan merasa ada yang salah. Saya terus mencari jawaban.

Saya TIDAK ANTI-SEKOLAH
Tapi jika sekolah tidak jadi tempat belajar yang efektif dan merusak hubungan baik dg orang tua? 
Saya mendapati beberapa teman saya cerita, mereka menjadi marah dan stres jika anak mereka mendapat nilai jelek. Tidak memperoleh ranking. 
Sekolah sepertinya hanya menjadi ajang untuk memperoleh NILAI, bukan BELAJAR. TAKUT TIDAK NAIK KELAS. Ngerti atau tidak, jawaban HARUS DIHAFALKAN. Sepertinya tujuan sekolah hanya mancari nilai dan tidak tertinggal kelas
Kok standarnya rendah banget? 
Terus pikiran anak-anak dijejali hanya hal-hal yang tidak berguna? 
Menghafalkan nama propinsi adalah hal yang baik. 
Tapi dengan adanya free wi-fi, internet,  google dan smartphone, semuanya bisa dicari dalam hitungan detik.  
Wow, sadarkah kita hidup diera globalisasi? 

Sementara di beberapa negara sudah memakai iPad untuk belajar supaya anak tidak perlu membawa buku sekolah yang berat, di negara kita ini kita masih sibuk bentak2 anak yang gak mau nulis huruf A satu lembar penuh? Mungkin sebentar lagi kita hanya perlu mengajari anak-anak mengetik lebih banyak, karena nantinya mereka akan lebih banyak berurusan dengan komputer dan berbagai gadget yg lain daripada kertas dan pensil. 
Come on. It's time to open up our minds.

Saya geli membaca chat seorang teman di BBM, dia bilang kurang lebih seperti ini: "Jika kurikulum cuma hafalan, apa bedanya anak-anak dengan lumba-lumba?" Pernyataan yang sederhana, tapi mengena. 
Belajar jauh lebih dalam daripada sekedar hafalan. 
Coba tengok internet, berapa banyak educational games yang ada bertebaran. GRATIS. 
Ensiklopedia juga banyak. 
Kamus apalagi. 
Jangankan hanya kamus, kursus bahasa gratis yang hanya butuh mendaftarkan email saja ada banyak. 
Yang kita butuhkan hanya jaringan internet. Tidak punya komputer? Bisa ke warnet. 

Belajar dengan kualitas internasional? Bukan hanya untuk kalangan yang mampu membayar uang sekolah yang berjuta-juta sebulan. Hanya butuh internet dan ketelatenan kita untuk mencari website yang cocok dengan minat belajar anak saja.

Kami mendapati dengan homeschool, anak-anak bisa MENIKMATI PROSES BELAJAR
Sejujurnya, seringkali kami kewalahan meminta mereka berhenti belajar. Buku bisa dibawa ke kasur, saat waktunya tidur mereka keberatan untuk berhenti membaca. Bangun tidur, jika saya sudah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah pagi2, saat akan mengepel kamar, saya mendapati mereka sudah bangun dan membaca LAGI! 
They love learning more than anything! Mereka jadi jarang bengong, mereka lebih produktif dan sangat amat membantu pekerjaan saya di rumah. 

Itulah cerita kami, kenapa kami memilih homeschool untuk mendidik anak-anak kami. 
Homeschool bisa dilakukan dengan biaya sesuai kemampuan tiap keluarga.
Homeschool tidak ada batasnya.
Bisa memasak sambil belajar. Menuang, menakar, menimbang. Itu salah satu cara kami belajar matematika.
Bisa mencuci sambil belajar. Memilah baju kotor. Menyalakan mesin cuci. Berhati-hati dengan colokan listrik. Belajar tentang P3K.
Homeschool bisa tentang apa saja. Di mana saja. Kapan saja. Dengan siapa saja. 

We love homeschool.

Beberapa buku parenting dan links yang sangat menginspirasi:







Belajar dengan asik! Satu lukisan bisa jadi belajar ke mana-mana. 
Sumber bahan belajar:
e-book 
Primary Languange Lessons: 
Homeschool Editon by Emma Serl
adapted and edited by Michelle Morrow

Semakin bertambah usia, seorang anak bertambah pula tanggung jawabnya secara bertahap.
Sebagai orang tua, kami bertanggungjawab melatih mereka semakin mandiri dan bergantung kepada Tuhan dari hari ke hari.
Tujuan kami adalah, saat mereka dewasa nanti, mereka siap menjadi pribadi yang menyenangkan, berkarakter baik, berbuat baik untuk diri mereka sendiri, sesama dan bumi.
Masakan Koko enak ya, Van? Sampe maunya dimasakin Koko, bukan Mama. :)

Hari ini Evan memutuskan mencoba menyetrika untuk pertama kalinya. 
Evan pembelajar yang sangat berhati-hati.
Sebelum menyetrika dia bertanya banyak hal tentang keamanan dan apa yang harus dilakukan supaya dapat menyetrika dengan aman.
 Sepanjang proses menyetrika, dengan pendampingan saya, saya menjelaskan tentang bahaya bermain dengan setrikaan. Perlunya konsentrasi penuh. Apa yang perlu dilakukan jika terdapat luka bakar dan melepuh.
 Awalnya dia tidak mau menyetrika, karena itu waktu mencuci sandal, dia bilang mau barter aja. Clay menyetrika lebih banyak. Dia yg cuciin sandal Clay. Tapi akhirnya, dia sendiri memutuskan untuk mencoba setelah melihat Clay sangat enjoy dengan setrikaan dan hasilnya rapi.
 Evan: "Ma, aku maunya yang gak ada sablonnya ya." (biar gak rusak)
 Evan memilih handuk kecil untuk project pertamanya. Setelah sukses, dia mau mencoba untuk menyetrika  T-shirt nya sendiri. Dia hindari sablonnya supaya gambarnya tidak rusak. Hasilnya? Rapi juga seperti Kokonya! Yay! You did it, Evan!
 
Pertama kalinya Evan dapat ikan! Yay!

Kung Kung Zhang Xue Li mengajak kami  tur ke  Pasar Burung Karimata Semarang.
Kami melihat berbagai jenis spesies burung di sana. Selain itu ada beberapa jenis binatang peliharaan lain yang dijual: monyet, kucing, ayam dan kelinci. Inilah awal muasal kelinci peliharaan kami. Mereka dibeli di Semarang dan dibawa naik kereta api. Hihihihi.
Terima kasih, Kung, sudah ajak kami jalan-jalan.