Art Appeciation
by Ekawati Indriani P on Friday, February 25, 2011 at 8:32am
Saya berkunjung ke museum of French history, Versaille, Paris beberapa tahun lalu. Bergabung dengan grup dari Indonesia sekitar 300 orang. Saat itu beberapa turis Eropa dan orang lokal juga ada bergabung bersama grup kami.
Kebanyakan para anggota grup kami dari Indonesia rata2 berjalan cepat2 dan menunjukkan bahasa tubuh " tidak sabar" (ngobrol sendiri, sibuk foto2, tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali) pada saat harus berhenti di setiap ruangan dan mendengarkan penjelasan detil tentang ukiran, lukisan dan tata letak ruangan. Yang ini kamar raja siapa, yang ini ruang rahasia untuk jalan masuk istri kesayangannya.. bla..bla..bla..
Sebaliknya, para turis Eropa dan orang lokal (juga beberapa yang dari Indo ada juga yang full attention), sangat menikmati dan berusaha mengerti dan bahkan melemparkan beberapa pertanyaan kepada sang tour guide. Beberapa kali sang tour guide berdehem sambil melirik grup kami yang berisik sendiri.
Dari sini muncul pertanyaan di benak saya, kenapa ada orang yang selalu ingin belajar dan sebagian hanya tertarik foto2 dan shopping cendera mata pada akhir tour?
Saya menyimpan ini dalam hati, selama bertahun2, sampai saat memilih kurikulum homeschool, saya menemukan banyak kurikulum yang memberikan tempat untuk apresisasi seni. Rasanya tidak terbayangkan sama sekali mengajak anak2 untuk duduk diam dan mengamati lukisan pelukis terkenal seperti van Gogh, Picasso, Rembrandt dan lainnya. Pikiran pertama saya, apah tidak terlalu berat? Level anak usia 6th sudah diajak menikmati lukisan masterpiece? Gimana caranya?
Seorang sahabat saya meminjamkan buku "Come Look with Me" series ditulis oleh Gladys S. Blizzard. Beliau dulunya seorang kurator museum, dan sering mengirimkan kartu pos kepada cucu2nya. Kartu pos yang dikirimkan biasanya berupa copy dari lukisan2 yang ada di museum. Di bagian belakang kartu pos, beliau menuliskan pertanyaan2 yang memancing pemikiran2 cucu2nya untuk menikmati dan belajar melihat hal2 dengan sudut pandang yang berbeda.
Mereka dilatih untuk mengamati detil lukisan. Melihat pemilihan warna. Melihat perspektif. Melihat kondisi sang pelukis saat melukis, apakah sedang depresi? Sedih? Gembira?
Saya beruntung bisa mendapatkan pinjaman buku tersebut, tapi jika tidak, dengan internet, kita juga bisa berkunjung ke museum virtual dan menikmati karya2 sang maestro. Jika kita belum tahu banyak tentang biografi sang pelukis, thanks to google, informasi apa saja kita bisa cari di sana.
Berikut salah satu lukisan favorit kami:
Ini adalah sekedar sharing apa yang kami lakukan di rumah dan jawaban yang ada di dalam tanda kurung adalah jawaban anak2 kami. Bukan menjadi suatu patokan belajar. Silakan menikmati dengan cara masing2, karena cara belajar masing2 kita unik.
Beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan acuan untuk berdiskusi:
Saat kamu melihat lukisan ini, pertama kali apa yang kami rasakan? (gelap, dingin, sunyi)
Mengapa?
(Evan: karena van Gogh memakai warna gelap, yaa jadi gelap!)
(Clay: van Gogh kebanyakan pakai cool colors, jadi kesannya lebih banyak dingin, tapi ada sedikit warna warm juga sih.. tuh, bintangnya.. tapi kesannya tetep gelap dan sepi yaa.. kalo liat perumahannya, settingnya itu di pedesaan, terus sudah ga ada orang di luar rumah.. jadi sepi gitu..))
Note:
cool colors: warna dingin, seperti putih, biru
warm colors: warna hangat, merah, kuning, orange
Menurut kamu, bagaimana suasana hati van Gogh saat melukis lukisan ini?
(Evan: sedih kayaknya.. eh, apa kesepian? Ga tau ding.. )
(Clay: kalo nurut aku sih kayaknya, mood dia pas ngelukis ini lagi sedih ya. Soalnya dia pake warna biru, gelap, putih.. kesan gambarnya ga ceria gitu..)
Setelah mendengar pendapat anak2, saya mengajak mereka membaca biografi dan latar belakang van Gogh melukis "The Starry Night."
Van Gogh painted Starry Night while in an Asylum at Saint-Remy in 1889.
Van Gogh melukis "The Starry Night" saat berada di rumah sakit jiwa Saint-Remy 1889.
Clay dan Evan mendelik bersamaan: Haaahh???
Clay: jadi dia melukis pas gila gitu?
Evan: gila aja bagus banget lukisannya?
Mama: *ketawa terkekeh-kekeh, ga bisa jawab*
Yuk, kita baca riwayat hidupnya, biar kita makin tau tentang van Gogh. I love his style and many of his paintings.
Apa yang kami pelajari dari hanya satu lukisan,mencakup sangat banyak aspek pembelajaran.
Kami belajar tentang seni.
Kami belajar tentang menghormati karya orang lain.
Kami belajar tentang kehidupan seseorang lewat biografi yang kami baca.
Kami belajar tentang warna dan perspektif.
Kami belajar bahwa kanvas bisa menjadi salah satu alat untuk mengekspresikan diri, jika kata2 sudah tidak bisa mewakili.
Kami belajar bahwa setiap orang unik. Karya setiap orang berharga.
Kami belajar untuk mengahargai orang lain dengan berkata, "Maaf, saya kurang suka.." dan bukan, "Gambarmu jelek."
Sangat banyak yang bisa dipelajari, bukan?
Tapi setelah saya mulai berdiskusi dengan anak2 tentang masterpiece para maestro lukisan, ternyata tidak sesulit yang saya duga. It was so much fun!
Semoga menjadi inspirasi, bahwa belajar itu bisa memakai media apa saja, kapan saja dan di mana saja, dengan biaya minimal. :)
Jika ingin mencoba melukis "The Starry Night", berikut ada link yang sangat menarik untuk diikuti. Seorang anak 5th melukis di kanvas. WOW!
No comments:
Post a Comment