Thursday, October 20, 2011

Cemburu yang Positif


Beberapa waktu lalu, saya menuliskan status di FB tentang lebih pentingnya menumbuhkan karakter positif dalam diri anak daripada hal-hal yang bisa muncul secara alami. Apalagi yang negatif. Sedapat mungkin dihambat pertumbuhannya, supaya tidak menjadi kebiasaan dan menjadi bagian dari hidup si anak.
Apa yang saya perkirakan sudah ada dalam diri seorang anak adalah kompetisi yang alami.

Kompetisi ada sejak seorang anak mendapat seorang adik. Dia akan merasa mendapatkan saingan yang mencuri perhatian kedua orang tuanya, yang tadinya tercurah penuh buat dia.
Kompetisi ada saat suami tidak mendapat perhatian cukup setelah sang istri sibuk mengurus bayi mereka. Bahkan dalam beberapa keluarga, ini bisa jadi akar masalah yang menahun.
Kompetisi ada saat anak-anak berebut pizza di meja makan dan menginginkan potongan terbesaaarrr. Pernah mengalaminya? Saya pernah. Dulu.

Nah, yang menggelitik buat saya, beberapa teman bertanya, kalo homeschool, bagaimana menumbuhkan kompetisi? Enggak salah apa ya? Hehe.. Buat kami, kecemburuan, adalah suatu karakter yang negatif, kecuali ada di tempat yang tepat. Cemburu buta apalagi. Beberapa kasus pembunuhan terjadi karena pelaku cemburu. Ih, serem ah.

Nah, pagi ini, saat membaca Koran Anak Berani, Evan kena "panic attack". Beritanya bisa dibaca di sini.
 Salah satu mimpi Evan adalah menciptakan game untuk dijual ke Apple setelah dia besar. Lhah, ini kok sudah ada anak umur 7 tahun. Sepantaran dia??? Dia langsung "panas" dan penasaran, bagaimana bisa anak seusia dia menciptakan game. Bukan memainkan lhooo.. 
Menyikapi kepanikan Evan, saya browse beberapa website tutorial yang mudah untuk membuat game. Dan dengan inputan Devi Sutarsi, Evan mencoba untuk membuat game pertamanya seorang diri dengan software yang didownload di sini. Saya hanya berada di ruang yang sama, dan membiarkan Evan trial-and-error sendiri. Mau membantupun tiada daya, liat tampilan screennya aja sudah pusing saya. Hihihi.. 

Apakah cemburu yang positif baik? Pada skala tertentu, jika itu menghasilkan sesuatu yang baik, saya akan membiarkannya. 
Selama itu mendukung proses anak untuk menggali potensi terdalam mereka, saya akan mencari fasilitas yg sesuai dg kantong kami.

Tugas kami sebagai orang tua adalah membimbing dan belajar bersama mereka. Bukanlah tugas yang sulit, karena tidak semua materi yg mereka sedang pelajari, kami harus tahu. 
Tapi justru ini kesempatan untuk KAMI TERUS BELAJAR. 
Learning never ends.




No comments: