Wednesday, May 4, 2011

Parenting and Mothering

by Ekawati Indriani P on Wednesday, April 13, 2011 at 5:34pm

Kata "parenting" membuat saya berpikir, bahwa menjadi "parent", orang tua adalah salah satu bentuk "pekerjaan". Bukan hanya label yang muncul setelah kita memiliki akte kelahiran anak kita. Not that simple.

Saat saya marah, kelelahan dan frustasi menghadapi anak-anak saat mereka tidak taat dan bandel, kadang saya hanya duduk diam, hampir menangis (kadang nangis beneran juga huhuhu...) di pojokan kamar dan merasa semua yang saya lakukan untuk mendidik mereka sia-sia. 

Percuma saya melepaskan pekerjaan saya.
Percuma tinggal di rumah dan tidak mendapatkan income.
Percuma saya tinggal di rumah untuk mengurus makanan dan memperhatikan gizi mereka.
Percuma saya membacakan cerita karakter, mengajarkan sopan santun dan  mengajak berdoa bersama.
Rasanya apa yang saya lakukan sia-sia belaka.

Sampai suatu ketika, saya bilang sama mereka, saat kemarahan saya memuncak, "Bener ya apa yang Bob Ho* bilang: Spying is easy, babysitting is hard."  
Hhhhh... (sambil ngaca dan mendapati muka saya jeleek banget!)
Saya setuju banget sama Bob Ho. 100%.
*Jacky Chan starring as Bob Ho in "The Spy Next Door"

Saya pernah kerja di pabrik garment di Semarang. Wah, itu salah satu pekerjaan TERBERAT yang saya pernah alami.
Posisi saya waktu melamar di sana yang tersedia cuma follow-up. Hah? Namanya kok aneh bener ya? Ternyata tugasnya merefleksikan arti nama jabatannya. I must follow EVERYTHING!
Mulai dari "membaca" desain dari buyer yang dikirim lewat mesin fax (jaman itu blm ada email), saya harus menghitung jumlah benang, jumlah kancing, jumlah kain, menghubungi tukang bordir untuk membuat plate aplikasinya, menghubungi tukang celup kain, tiap ukuran membutuhkan jumlah yang berbeda.  MENGAWASI SEMUA proses pembuatan dari gambar sampai menjadi baju yang bisa dikenakan. Halah, ampun bener. Minjem istilah sekarang punya Ndoro Kakung, PECAS NDAHE. Pecah ndase. Kepala mau pecah.

Pernah kerja juga di apartemen, bagian tenant relation. Istilahnya aja keren. Kerjaannya terima laporan dan komplen dari penghuni. Hahaha. Kebayang ga sih, ratusan kamar yang dihuni berbagai macam orang? Ada yang protes plafon retak. Ketinggalan kunci kamar di dalam kamar, sampe harus saya nemenin teknisi untuk jebol gypsum utk mengambil kuncinya. Ada yang komplen apartemennya kebocoran dari lantai atas, sampe plafonnya jebol. Sedangkan penghuni yg di atasnya tdk bisa dihubungi.. Oh, ruwetnya. Belum lagi kebanyakan penghuni tidak berasal dari satu negara denganku. Jadi kalo omelan berupa bahasa asing, aku lebih banyak manggut-manggut dan senyum2 o'on. :p

Hal yang sama terjadi saat saya memutuskan untuk mengurus rumah, menjadi Home Maker. Bukan sekedar pengurus rumah tangga. Bukan sekedar mengurus keperluan keluarga. Tapi saya berkomitmen untuk ada di rumah dan menciptakan suasana nyaman buat suami dan anak-anak, juga tamu ataupun keluarga yang berkunjung.

Ternyata bagi saya, jadi homemaker memiliki cakupan yang sangaaat luas dan jauh lebih kompleks daripada pekerjaan saya yang terdahulu.

Tanggung jawab yang saya pikul lebih besar.Berkaitan dengan masa depan anak2.
Ini adalah masa saya menabur benih takut akan Tuhan.
Menabur berbagai benih karakter baik.
Masa menabur, bukanlah masa yang indah seperti masa memanen. 
Masa menabur, tidaklah melihat hasil. Membutuhkan iman dan percaya.
Sebagian dipercayakan pada Sang Kuasa dan sebagian adalah tanggung jawabku untuk bekerja.
Sekalian lagi, keluarga kami memilih homeschooling, jadi tidak ada lagi "kambing hitam" yang bisa disalahkan jika sesuatu berjalan tidak benar.

Saya bersyukur untuk semua pimpinanNya selama ini.
Saya bersyukur untuk banyak teman dan sahabat yang berada di samping saya dalam menjalani hari-hari "perjuangan" ini.
Saya bersyukur memiliki orang tua yang sangat mendukung setiap pilihan yang kami ambil
Saya bersyukur mengenal banyak wanita hebat yang bisa saya teladani untuk menjadi seorang ibu bagi anak-anak saya.
    "For the hand that rocks the cradle
    Is the hand that rules the world."
    William Ross Wallace
    "Tangan yang mengayun ayunan
    Adalah tangan yang memimpin dunia."
    William Ross Wallace

Tulisan ini saya dedikasikan kepada:

- Mama Hiang, seorang wanita yang sangat mandiri, pantang menyerah dan selalu bersikap optimis dalam kondisi apapun. Ing2 bersyukur sekali punya Mama Hiang yang sangat inspiratif dan serba bisa. 
Xie2, Ma, buat semua teladan Mama menjadi seorang istri, mama, anak dan menantu yang luar biasa!

- para ibu di rumah, yang kadangkala merasa putus semangat seperti saya, TETAP SEMANGAT!
- para ibu bekerja, yang dengan kondisi yang ada harus berpisah dengan anak2 di hari kerja krn  memberikan support untuk suami
- para ibu, single mom, yang dengan segala keterbatasan dan usaha maksimal tetap berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anaknya
- para ibu, yang memperoleh kehormatan untuk mengasuh dan mendidik anak dengan kebutuhan khusus (special needs), mereka adalah permata yang mengajarkan banyak hal berharga bagi kita

HAPPY MOTHERING!
Menanam padi mirip dengan menanam banyak benih baik dalam diri anak2 dan saya sendiri. Melelahkan, harus konsisten, kotor, butuh banyak perjuangan.. tapi jika tidak dilakukan.. Kita tidak bisa makan nasi yang enak dan pulen saat lapar.. Semua ada waktunya. HAPPY PARENTING!



No comments: